Mahmud dan Ujang bekerja lembur memperbaiki plafon Masjid Tanjak. Foto: Restu Bumi.

Tain Komari Menduga Masjid Tanjak Dikorupsi Berjemaah

Perbaikan Masjid Tanwirun Naja belum tuntas, begitu juga perdebatan soal siapa yang bersalah. Masyarakat yang menduga runtuhnya plafon karena perilaku korup, belum lama ini berdemonstrasi di laman gedung Merah-Putih, Jakarta. Mereka bertandang ke markas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melaporkan dugaan korupsi pembangunan masjid.
Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp
Share on telegram

 

MINGGU SORE, kawat beraliran listrik menyala melumerkan potongan-potongan baja dan besi menjadi satu. Mahmud dan Ujang sedang lembur memperbaiki plafon masjid yang runtuh bulan lalu. Mereka menihilkan libur agar target pembongkaran gipsum dan ribuan rangka penyangga rampung dalam waktu dekat.

 

Utopis bertanya kepada Ujang tentang perbaikan. Dia mengatakan fokus sekarang adalah memperbanyak penyangga. Rangkanya dibuat dari besi berongga untuk memperkuat keamanan. Pria yang menahun bekerja di proyek sipil ini berpendapat, desain sedari awal mestinya mengikuti rancangan yang dia kerjakan. “Sebelumnya [mereka] cuma mengandalkan baut kecil. Terlalu nekat untuk bentangan seluas 50 meter gini,” kata Ujang kepada Utopis, 2 Oktober 2022.

 

Baca berita sebelumnya: Menentang Bencana Tatkala Duha

 

Biaya perbaikan plafon ditaksir Ujang mencapai Rp3 miliar. Pengeluaran terbesar adalah untuk penyangga. Sisanya untuk memperbaiki 35 persen langit-langit yang rusak (data BP Batam). Kemudian untuk mengganti plafon yang sebelumnya berbahan gipsum dengan Polyvinyl Chloride (PVC) berbahan plastik. PVC dipilih karena ketahanannya pada kelembapan, dan sifatnya yang lentur juga ringan. “PVC bisa tahan puluhan tahun,” kata dia.

 

Ujang mengatakan dia adalah pekerja dari subkontraktor yang baru. “Subkontraktor lama tidak dipakai lagi. Mungkin kapok,” katanya. Meski baru, timnya bekerja sejak awal terjadinya insiden. “Kendala takada. Kami dua regu berenam orang. Ada regu bagian atas dan bawah. Saya di atas,” katanya.

 

Perbaikan plafon  di atas tampaknya belum cukup meredakan masalah. Dua pekan lalu, Aliansi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kota Batam, melaporkan proyek masjid ini ke KPK. Masyarakat berdemonstrasi di laman gedung Merah-Putih Jakarta.

 

Koordinator Aksi Aliansi LSM Kota Batam, Tain Komari, mengatakan, pihaknya menduga korupsi pada proyek senilai Rp39 miliar itu dilakukan secara berjamaah, dan melibatkan aparat penegak hukum.

 

Dia menilai kasus ini baru bisa tuntas bila melibatkan KPK.

 

“KPK bisa menindak hakim, jaksa, polisi dan APH lainnya. Konspirasi yang dibangun oleh pengambil kebijakan itulah yang kemudian menyebabkan keengganan APH untuk memproses suatu kasus, mesti deliknya sudah cukup nyata dan jelas,” kata Tain Komari saat dihubungi Utopis, 7 Oktober 2022.

 

Tain Komari mengatakan, manipulasi sudah jelas terjadi dalam pembangunan Masjid Tanjak. Ada permainan pada spek bahan. Plafon yang harusnya memakai Wood Plastic Composit diganti gipsum murahan. Termasuk bahan untuk kerangka plafon. “Itu belum diteliti secara keseluruhan bangunan,” kata dia.

 

Selain itu, pemenang tender PT NCP beralamat di Jakarta. Setelah ditelusuri pihaknya alamat tersebut ternyata adalah indekos di daerah Utan Kayu Matraman Jakarta Timur. “Kebetulan Direktur Utama Perusahaan tersebut, N, pernah diperiksa KPK terkait kasus Bupati Bogor Ade Yasin atas dugaan suap sejumlah proyek,” kata Tain Komari.

 

Dia mengatakan pekerjaan KPK menjadi mudah karena sudah ada dari mereka yang pernah diperiksa. “Selain itu, ada informasi yang santer [menyebut] bahwa perusahaan tersebut hanya dipinjam oleh seseorang yang disebut dekat dengan kekuasaan [penguasa] di Batam,” kata Tain Komari.

 

Dugaan korupsi pembangunan masjid ini juga sempat dilaporkan oleh pegiat anti korupsi ke Kejaksaan Negeri Batam. Pada 7 Oktober 2022, Utopis bertanya kelanjutan laporan itu kepada Kasi Intelijen Kejari Batam Riki Saputra. Dia mengatakan, “Kami masih melakukan pengumpulan data dan bahan keterangan.” 

 

Sementara Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Batam, Aji Satrio Prakoso mengatakan, sejauh ini pihaknya telah memanggil semua yang berkaitan dengan runtuhnya plafon masjid. Termasuk meminta pendapat ahli.

 

Aji mengakui bentangan masjid yang luas dan lebar memang membutuhkan penyangga. Dia juga menyinggung soal penggunaan gipsum dalam kontrak. Aji bilang kontraktor harus bertanggung jawab karena proyek masih dalam pemeiharaan. “Bila terjadi adendum kontrak atau perubahan kontrak, mau tak mau, ya, rugi. Karena harus diperbaiki semua,” kata Aji kepada Utopis, 26 September 2022.

 

Dalam siaran persnya, Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengatakan, struktur plafon memang tidak akan meniru desain lama. Besi penyangga lebih berkualitas dan bersesuaian dengan desain masjid yang terbuka. “Konsultannya menyampaikan bahwa besi yang ditambah ini supaya [rangka] tidak bergerak. Sekaligus memperkuat konstruksi plafon secara keseluruhan,” katanya. Yang jelas Rudi tak ingin mukanya kembali tercoreng.

 

Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait mengatakan, pekerjaan telah masuk pada tahap pemasangan modul awal dan rangka plafon. Perbaikan yang maksimal membutuhkan waktu. “[pekerjaan] juga mengganti penutup plafon yang tadinya gipsum diganti PVC, serta membuat ventilasi pada ruang plafon,” kata Tuty saat menemani Rudi meninjau lokasi.

 

BP Batam menargetkan pengerjaan akan selesai pada akhir Oktober mendatang.

 

 

Liputan Eksklusif

Jurnalisme Telaten

Utopis adalah media siber di Kota Batam, Kepulauan Riau. Etos kerja kami berasas independensi dan kecakapan berbahasa jurnalistik.

© 2022 Utopis.id – Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman Utopis.