Misteri Hilangnya Kapal dan 6 Kru di Laut Kepri

Posisi TB Biwin 3 yang hilang sempat terdeteksi di perairan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pemilik menduga kapalnya bukan kecelakaan, melainkan dirompak dan krunya ditawan.
Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp
Share on telegram

TB Biwin 3 yang hilang saat berlayar menuju Kota Batam, Kepulauan Riau. Foto: Nur Rahmad.

 


 

Sudah empat bulan TB Biwin 3 beserta enam krunya hilang. Operasi pencarian belum membuahkan hasil. Posisi kapal jenis tunda ini sempat terdeteksi di perairan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Tetapi hingga kini keberadaannya masih menjadi misteri. Pemiliknya, Nur Rahmad, mengeluarkan sayembara berhadiah untuk memecahkan kasus yang belum terselesaikan oleh petugas.

 

Sebelum masuk ke isi sayembara, utopis.id akan menguraikan kronologi hilangnya kapal dan hasil pencarian sementara. Ini adalah petunjuk bagi Anda, para pembaca, yang ingin membantu Nur Rahmad menemukan kapalnya, atau mengembalikan enam kru yang hilang itu ke keluarganya. Bantuan Anda sangat diperlukan, karena Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sudah menghentikan pencarian.

 

Nur Rahmad, Direktur PT Sumber Maritim Servis, mengatakan, kapalnya berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Kalimantan Barat, pada 1 Desember 2021 lalu. Tujuannya adalah menarik tongkang TK Kampar dari Batam, menuju Ciwanda, Cilegon. Pada hari keberangkatan itu, kapten kapal masih mengabarinya sekitar pukul 08.58 WIB. Kemudian kontak mulai terputus pada 2 Desember 2021.

 

“Estimasi kapal tiba di Batam adalah sekitar 4 sampai 5 hari,” kata Nur Rahmad kepada utopis.id.

 

Karena kontak masih terputus hingga melewati estimasi pelayaran, masing-masing agen di Ketapang dan Batam melaporkan kejadian tersebut ke petugas radio pantai. Lalu pada Sabtu 11 Desember 2021, mereka membuat surat resmi bantuan dan pertolongan ke seluruh instansi keamanan dan pengawasan laut, mulai dari TNI AL, KSOP, hingga Basarnas.

 

“Hasilnya ditemukan laporan dari agency Ketapang- Basarnas-Bakamla pukul 17.15 WIB dengan koordinat dalam kondisi kapal berjalan dengan normal,” katanya.

 

Penyisiran pun dilakukan mulai dari wilayah Kalimantan Tengah yaitu, Sampit, Pangkalan Bun, hingga ke Pulau Serutu. Tetapi tak ditemukan tanda-tanda keberadaan kapal. Pada 19 Desember 2021, sesuai SOP Basarnas merilis pemberhentian pencarian sementara. Pencarian dilakukan melalui informasi pelaut pelintas. “Kemudian tim membuat surat memperluas pencarian wilayah Basarnas Samarinda serta wilayah KSOP Kelas II Samarinda,” kata Nur Rahmad.

 

Nur Rahmad menjelaskan kalau dari 6 orang krunya yang hilang itu, 4 di antaranya merupakan pekerja lama. Sementara 2 orang sisanya yaitu nakhoda dan juru minyak, merupakan pekerja baru. Tetapi, dia mengaku tak sembarang juga memilih orang. Keenam kru diperkerjakan atas rekomendasi rekan-rekan sebelumnya.

 

Ia heran, kabar kapal sampai sekarang masih nihil. Padahal informasi TB Biwin 3 sudah menyebar. Nur Rahmad berkeyakinan, kapalnya tidak mengalami kecelakaan, tetapi dirampok lanun di tengah laut. Karena jika mengalami kecelakaan, kapal itu memiliki kurang lebih 12 alat keselamatan berlayar. Selain itu, nakhoda yang dipilihnya juga profesional dan bersertifikasi. Sang nakhoda dinilai tahu dan paham perihal keselamatan, terlebih jika terjadi marabahaya.

 

Dia yakin, sang nakhoda dapat menggunakan EPIRB [alat yang menyerupai kotak hitam seperti yang ada di pesawat] yang berfungsi sebagai alat pengirim sinyal darurat ketika kapal celaka. Kemudian SMOKE yang berfungsi mengeluarkan asap untuk meminta pertolongan kepada nelayan atau pelaut yang melintas. Juga terdapat Radio SSB yang menjangkau ribuan mil. Selain itu ada pula radio gantung yang jangkauannya sampai 1 kilomil ke darat.

 

“Anehnya, tak satupun alat keselamatan berlayar itu digunakan kalau memang kapal dihadapkan pada kondisi bahaya. Saya yakin kapal ini dirampok,” katanya. Nur Rahmad menduga potensi terjadi kecelakaan itu minim. “Jika kapal terdampar atau tenggelam, sekitar tiga hari tentunya sudah ada kabar, karena lalu lintas kapal masih di jalur yang ramai. Baik itu kapal nelayan maupun kapal umum,” katanya.

 

Firasatnya itu diperkuat karena setelah beberapa hari perjalanan TB Biwin 3 tepatnya tanggal 11 Desember 2021, pada pukul 17.15 WIB koordinat kapal terdeteksi lewat Automatic Identification System (AIS) di perairan Tanjung Pinang. Lewat AIS itu, kapal sudah separuh jalan dengan kecepatan atau knot 3.5 hingga 3.8.  “Ada dua pilihan yang dilaluinya, Selat Migat dari luar, Laut Lepas jalur ke Batam atau melalui Selat Lingga,” katanya. Tetapi, Nur Rahmad sangsi kalau Selat Lingga yang dipilih sebagai lintasan, karena kawasan itu dinilai rawan aksi perampasan kapal.

 

Menakar Kapal Dirompak

 

Nur Rahmad berandai-andai jika TB Biwin 3 dirompak. Akting rompak pun dirasanya bermotif. Selain punya radar sendiri, mereka, para perompak juga berpengalaman, cakap dengan radio, familiar dengan alat komunikasi, dan paham kode etik. “Ketika menyapa di radio, mereka tidak dicurigai akan berniat jahat. Kadang mereka pura-pura minta tolong atau menawarkan diri karena tahu posisi untuk mengawal kapal,” katanya.

 

Begitu juga kalau kapal berlayar di malam hari. Biasanya, kata Nur Rahmad, radar kapal yang menjadi target dengan jarak 1 mil hendak ke mana sudah terlacak oleh para perompak.

 

Menurutnya, jika rompak ini menjalankan kapal, tentunya butuh dokumen baru dan mengurusnya pun bukan perkara instan. Beberapa kejadian pernah juga didengarnya. Kalau kapal yang dirompak bakal dipotong dengan ukuran kecil (penutuhan) dan para perompak bakal mendapat untung.

 

Sebagai salah satu upaya mencari TB Biwin 3, Nur Rahmad juga sudah memeriksa transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri [ATM] pasca hilangnya kru beserta kapal. Sebelumnya, dia telah mentransfer sejumlah uang ke rekening masing-masing ABK sekitar Rp2-5 juta.

 

“Atas nama Muhammad Taufik, takada transaksi. Yang ada itu sebelum keberangkatan di Ketapang. Kami juga lacak rekening Sugi dan Taufik yang masih bujang. Sedangkan lainnya sudah berumah tangga, gaji mereka di kartu [ATM] diambil oleh istri dan keluarga,” katanya.

 

Untuk menindaklanjuti laporan hilangnya TB Biwin 3, Nur Rahmad didampingi perwakilan keluarga kru yang ada di Jakarta, mendatangi Bareskrim Polri. Mereka berharap aparat mengambil tindakan lalu membentuk tim khusus. “Tanggal 14 Maret 2022, kami baru beri klarifikasi dengan Bareskrim Polri. Padahal laporan kami sejak Januari lalu,” katanya.

 

Setahu Nur Rahmad, kasus ini harusnya ditangani Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri yang membidangi itu. “Setelah saya tanyakan, disuruh buat laporan lagi ke Baharkam. Lalu untuk apa laporan saya yang kemarin, satu bundel itu,” katanya.

 

Nur Rahmad yang berdomisili di Samarinda, Kalimantan Timur kini bersusah hati. “Saya tidak tahu karena awam, apakah instansi penegak hukum di negara ini tidak dilengkapi alat komunikasi yang canggih, seperti negara-negara lain. Sehingga pengembangan kasus ini tak jelas,” katanya. Karena hasil koordinasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dengan Kominfo, nomor HP para ABK sudah tidak aktif lagi. Informasinya, jika sudah satu bulan berlalu maka nomor HP sudah tak bisa dilacak lagi.

 

“Saya harus bagaimana? Laporan kami ini seperti apa mereka olah [tindak]?” kata Nur Rahmad.

 

Bahkan, saat ini dirinya sudah memperluas jangkauan sampai ke Natuna, serta Pulau Nias. Hal itu dilakukan sejak ada informasi dari masyarakat yang melihat TB Biwin 3 di Perairan Montok, Bangka Belitung, 22 Februari 2022 lalu. “Tapi belum bisa A1 [akurat]” singgungnya. Saat itu, Nur Rahmad dihubungi keluarga salah satu kru, bahwa ada rekanannya melaporkan TB Biwin 3 ada di Perairan Montok.

 

Orang yang melaporkan itu bernama Acun, yang merupakan warga Batam. “Acun ini pebisnis kapal, kebetulan dia ada pekerjaan di Montok, pabrik timah. Dia mengaku melihat TB Bwin 3 ini karena sebelumnya kenal dan pernah naik ke kapal itu saat di Belawan. Acun kemudian melaporkan kepada keluarga korban yang dikenalnya,” kata Nur Rahmad.

 

Lalu, keluarga kru ini yang melaporkan ke dia. “Saya tanya, betul bapak melihat kapal saya. ‘Ya saya lihat, dengan jarak agak jauh waktu itu senja, mau magrib.’” katanya menirukan perkataan Acun.

 

Kepadanya Acun mengaku yakin sekali kalau itu adalah TB Biwin 3. Kalaupun ada karena tidak melihat nama kapal, dan hanya karena dirinya pernah naik kapal buatan Jepang tersebut. “Kami menerima berita tanggal 22 Februari 2022, Acun melihat kapal 13 Februari 2022,” katanya.

 

Setelah menerima laporan itu, Nur Rahmad langsung berkoordinasi dengan Polairud, KPLP, TNI AL Montok, Bangka Belitung dan mereka langsung menindaklanjutinya. Malam itu juga disisir. Hasil di lapangan, esok harinya didapat ada hal yang mencurigakan. Menurutnya kapal tersebut tidak melaporkan kedatangan serta keberangkatan. Informasinya pada 22 Februari 2022 itu ternyata kapal sudah berangkat 3 hari yang lalu, setelah dicek TNI AL. Tapi arah dan tujuan kapal tersebut tidak diketahui lagi.

 

Kapal Isi BBM di Pulau Montok?

 

“Mungkinkah itu kapal kami? Ini belum bisa dipastikan. Karena Acun sebagai saksi mata tidak sempat mengambil foto kapal tersebut. Mudah-mudahan itu [informasinya] benar. Karena mendengar itu juga kami langsung BKO wilayah Lampung, Palembang, Jambi, Belawan, Riau dan Nias sampai ke Pangkalan Susu,” kata Nur Rahmad.

 

Patut dicurigai, kalau TB Biwin 3, kata Nur Rahmad mengisi BBM untuk melanjutkan perjalanan. Dari laporan awak kapal sebelumnya, BBM awal diisi 5 ton, stoknya ada 1 ton. Begitu juga air tawar, diisi full 25 ton. Satu hari diperkirakan habis 500 liter, dan perjalanan ke Batam memakan waktu empat hari.

 

Dirinya memprediksi, TB Biwin 3 muatan bahan bakar minyak (BBM)-nya maksimal 15 ton. Ketahanan bahan bakar pun dinilai dari berapa jarak tempuh kapal. “Tapi maksimum kami isi minyak 10 ton, jumlah itu diperkirakan bisa menempuh rute dengan jarak 700-800 mil,” katanya.

 

Dicontohkannya, perjalanan Batam- Ketapang berkisar 375 mil, maka bahan bakar yang diperlukan sekitar 10 ton. “Jika kapal dirompak, kalau dia isi bahan bakar 10 ton, berarti banyak dong duit rompaknya. Karena butuh modal untuk beli minyak sekitar Rp100 juta. Kan itu pilihan, merampok atau isi BBM? Logikanya, kalau kapal itu dirompak, dia butuh duit tunai Rp100 juta untuk beli BBM agar kapal tetap berjalan,” katanya lagi.

 

Menurutnya, perompak akan mencari kapal dengan cadangan bahan bakar yang berskala di atas 50 ton atau yang punya stok minyak. “Sebab tidak mungkin beli minyak sama nelayan, 1 ton aja susah. Kalau dia menjalankan kapal itu, saya rasa operasionalnya tinggi. Harus ada uang tunai Rp100 juta agar kapal tetap jalan. Sementara kapal belum tentu laku, jualnya juga susah. Kalau dijalankan juga, dia bodoh, kecuali ada stok minyak di kapal lain atau punya bungker minyak sendiri,” katanya menduga.

 

Kapal Disembunyikan, Kru Dipekerjakan

 

Empat hari lalu, Nur Rahmad juga bermimpi. Dalam mimpi itu kapalnya disembunyikan di suatu tempat. Kapal tidak dijalankan. Tapi dia tak melihat kru dari kapal. “Kalau menjalankan kapal itu, minimal uang tunai Rp100 juta di tangan, kalau kapal jalan pasti ada yang membiayai.”

 

Nur Rahmad menduga, pelakunya diperkirakan merupakan orang yang paham dengan kapal serta perangkat di dalamnya, mengerti mengoperasikan kapal, dan punya target. Kemungkinan lain, kata dia, jika kapal ini disembunyikan,  kru kapal masih dipekerjakan. Hal itu diperkirakan dilakukan sambil mencari target atau pembeli yang tepat. “Mereka butuh orang untuk menjalankan kapal. Kalau rompak yang bawa, siapa yang antar belum tentu bisa,” katanya.

 

Dia menjelaskan, kepada polisi berulangkali diterangkannya kalau TB Biwin 3 tidak bisa dioperasikan oleh orang lain selain kru pilihannya. Alasannya tentu saja karena kapal itu buatan Jepang.

 

“Kapal itu buatan tahun 1973, dan kontruksinya tidak saya ubah. Menghidupkan mesinnya pakai angin seperti mesin tambal ban. Manual, stater angin. Untuk menghidupkan kapal, mesin butuh 125 pcs tekanan angin. Kalau kru tak pandai menghidupkan mesinnya di bawah 125 PCS tekanan anginnya tak bisa hidup. Harus segitu. Makanya di dalam kapal itu ada pengawas sekaligus mekanik. Kalau dia pakai orang lain, bakal setengah mati dia hidupkan itu mesin,” kata dia.

 

Nur Rahmad memastikan dengan ciri-ciri mudah dikenali, TB Biwin 3 punya knalpot di belakang dan berada di bawah air. Kalau kapal umum, knalpotnya menjorok ke atas. Roda kapal dibantu juga dorongan dari knalpot. Kemudian TB Bwin 3 juga memiliki tombol navigasinya yang banyak.

 

“Orang -orang lama saya ajarkan mengoperasikan kapal itu. Rencananya memang kalau kapal sudah di Batam akan dilengkapi dengan tracking atau pelacak. Biasanya ada 3, yaitu: AIS, Tracking GPS ada dua : khusus Navigator di kantor, dan khusus online di aplikasi tapi harus didaftarkan,” kata Nur Rahmad.

 

Setahu dia, untuk alat keselamatan berlayar kalau dalam kondisi dirompak, pastinya langsung diputus atau dinonaktifkan. Kalau dibawa jalan, mereka pasti tidak akan mengaktifkan alat itu. Sebab, jika hal itu dilakukan maka perompakan kapal pasti ketahuan dan terlacak oleh sistem navigasi di laut. Aksi perompakan juga bisa diketahui dari bibir pantai lewat rekaman dari Vessel Traffic Service [VTS]. Menurutnya, VTS dengan jarak 3-10 mil pasti terlacak, kecuali di atas 20 mil ke atas. Karena monitor VTS tiap pantai seperti itu.

 

“Jadi jika ada kapal yang tak punya nama, yang tak masuk dalam daftar, pasti terdeteksi. Apalagi kapal itu mencurigakan, harusnya sudah diburu,” katanya.

 

Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Laut P Wisnu Pramandita, saat dikonfirmasi terpisah, mengatakan, saat ini hilangnya TB Bwin 3 sedang dipantau oleh Puskodal Bakamla. “Sampai sekarang belum ketemu,” katanya, Kamis 6 Januari 2022.

 

Dia mengakui, kapal Bakamla sendiri kebetulan belum ada yang patroli di perairan sekitar lokasi TB Biwin 3 dilaporkan hilang.

 

Sayembara Kemanusiaan

 

Nur Rahmad pun tak berhenti menyebar berita. Pemilik TB Biwin 3 ini mengirim pesan lewat aplikasi WhatsApp kepada marketing kapal, pemilik-pemilik kapal, grup pelayaran hingga himpunan pelaut. Dia bahkan bakal memberi cuma-cuma Rp10-15 juta kepada pemberi informasi akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, terutama untuk nelayan atau pelaut yang mengetahui atau melihat TB Biwin 3.  Dia juga memohon tiap informasi disertai foto, video, dan posisi kapal lalu melaporkannya kepada petugas terdekat.

 

Kepada pembaca utopis.id yang ingin berpartisipasi dalam sayembara kemanusiaan ini, Nur Rahmad mencantumkan kontak yang dapat dihubungi di nomor: 0812 5300 7063.

 

Ciri-ciri identik TB Biwin 3 di antaranya adalah terlihat dua buah tandon air berwarna oranye di atas anjungan kapal. Memiliki karet memanjang sebagai pengaman haluan, dan tidak menggunakan dapra atau bantalan yang dipasang pada lambung kapal. TB Bwin 3 ini juga punya knalpot mesin induk di bawah buritan atau air. Kemudian memiliki navigasi ala Jepang yang masih orisinil tanpa ada yang diubah satupun. Serta tali towing berwarna kuning.

 

Semua ciri khas dari TB Biwin 3 itu disebar di tempat-tempat umum, salah satunya di pelabuhan. TB Biwin 3 itu belum setahun dibeli. Rahmad membelinya dengan harga Rp600 juta di Belawan, Riau. Saat ini, masih proses balik nama dari pihak sebelumnya.

 

TB Biwin 3 melenggang menuju Batam membawa 6 orang penumpang, di antaranya adalah:

 

Firman Harja Kusuma selaku nakhoda. Pria kelahiran Jakarta, 27 Juni 1985 ini beralamat di Kampung Citaman RT 01 RW 6, Desa Panjiwangi Kecamatan Tarogong Kelergarut, Jawa Barat.

 

lham Syahputra selaku mualim 1. Pria kelahiran Belawan 5 Mei 1983 beralamat di Cibatu Nomor 17, Belawan, Sumut.

 

Dide Kurniadi Noor selaku KKM. Pria kelahiran Belawan, 28 April 1981 beralamat di Jl Asahan RT 1 Unikampung Belawan, Sumatera Utara.

 

Muhammad Taufik selaku juru mudi. Pria kelahiran Belawan, 8 April 1996 beralamat di Jl Serdang Ef 5 Belawan.

 

Zubair selaku juru minyak. Pria kelahiran Polopo 12 Desember 1969 beralamat domisili Jl Cibanteng II/ 20/ RT 6 RW 7 Koja, Jakarta Utara.

 

Sugiarto selaku pengawas kapal. Pria kelahiran Pangkalan Susu, 19 September 1992 beralamat domisili di Dusun Tanjung Pasir, Pangkalan Susu, Sumatera Utara.

 

Kru Masih Digaji

 

Hingga Maret 2022, 6 kru TB Biwin 3 masih berstatus karyawan di PT Sumber Maritim Servis, meski status kapal masih dalam pencarian. Pihak manajemen juga menunggu pernyataan dari instansi terkait, status kapal ini seperti apa. “Disebut meninggal, mayatnya tak ditemukan. Apakah ini kecelakaan kapal? Kapal tenggelam, masih belum jelas. Kami masih menunggu,” kata Nur Rahmad.

 

Tetapi, perusahaannya juga tidak bisa menjamin sampai kapan bisa membantu persoalan tersebut. “Selama saya masih mampu, saya akan bantu. Kalau saya sudah tak mampu, mau diapakan lagi. Sumber darimana lagi, pemasukan saya tidak ada,” kata pria yang awal karirnya jadi mediator, broker kemudian baru punya kapal satu tapi malah begini kejadiannya.

 

Pun TB Biwin 3 belum diasuransikannya karena masih proses balik nama. Belum balik modal, baru dua kali mengerjakan pekerjaan, sudah kejadian. Nur Rahmad mengaku, hal itu harus dihadapinya. Mulai dari menjawab pertanyaan keluarga kru setiap hari, serta mengembalikan uang dari relasi yang memberinya pekerjaan. “Menghadapi apa yang tidak ada yaitu aset [kapal] dan kru, serta menghadapi aparat yang sudah di depan,” katanya.

 

Pihaknya pun tak berhenti meminta tolong kepada ketua-ketua nelayan di banyak daerah untuk menginformasikan pihaknya jika melihat TB Bwin 3. “Ke orang pintar juga sudah kami coba. Capek. Cuma kepada nelayan ini besar harapan kami. Karena kalau nelayan melaut, bisa satu minggu atau sebulan baru ke darat,” kata dia.

 

Di akhir wawancara, Nur Rahmad mengaku ikhlas dengan kapalnya yang hilang sejak 1 Desember 2021 hingga 5 April 2022 atau sekitar 126 hari. “Saya sudah ikhlas dengan apa yang terjadi. Tapi saya berharap kepada Allah, kembalikanlah orang-orang [kru kapal], kasihan anak-anak mereka, ada yang masih bayi. Kembalikanlah mereka,” kata Nur Rahmad.

Liputan Eksklusif

Jurnalisme Telaten

Utopis adalah media siber di Kota Batam, Kepulauan Riau. Etos kerja kami berasas independensi dan kecakapan berbahasa jurnalistik.

© 2022 Utopis.id – Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman Utopis.