Kuli-Kuli Singapura Menjadi ‘Bos’ di Batam

Siapa orang-orang Singapura yang datang ke Batam?
Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp
Share on telegram

 

PEMERINTAH telah membuka kembali pintu kedatangan internasional, tetapi geliat pariwisata di Kota Batam belum kembali normal. Orang-orang Singapura yang cuma butuh setengah jam perjalanan melalui kapal feri, pun juga belum ramai singgah ke kota ini. Kalaupun ada, rata-rata mereka adalah yang ekonominya di kelas menengah hierarki sosial.

 

Itu adalah kata Boy, Anggota Bidang Penertiban dan Kode Etik Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Batam. Menurut dia, rata-rata orang Singapura yang datang adalah mereka yang pekerjaannya sebagai sopir bus, buruh pelabuhan, kuli bangunan, pedagang mi, dan pekerjaan kelas menengah ke bawah lainnya. Meski begitu, Boy mengatakan, “Karena perbedaan mata uang, mereka [tetap] jadi ‘bos’ di Batam,” katanya kepada Utopis, belum lama ini

 

Dia menjelaskan, beberapa dari kelas menengah ke atas memang ada yang datang ke Batam, tetapi itu cuma untuk bermain golf. Takada yang benar-benar berwisata, seperti dulu sebelum pandemi melanda dunia. “Kalau betul-betul untuk wisata palingan mereka ke Bali atau negara Eropa sana,” kata pria yang sudah belasan tahun melalang buana mengelilingi beberapa negara di dunia ini.

 

Sementara untuk mereka yang dari kelas menengah ke bawah, kata Boy, datang ke Batam juga untuk sekadar belanja kebutuhan pokok seperti: ikan teri, ikan dinkis, susu, mi instan, odol, cemilan, serta keperluan bulanan lainnya. “Kalau beli Indomie (menyebut salah satu merek) itu berdus-dus. Kadang mereka satu keluarga ada lima orang. Masing-masing bawa satu dus dengan aneka rasa,” katanya.

 

Harga mi instan di Batam murah, satu bungkus sekitar Rp3 ribu. Sedangkan di Singapura itu sekitar 2 S$, kalau dirupiahkan setara Rp20 ribuan. “Kadang diborong. Untuk makanan sepertinya nggak ada batasan, pemerintah mereka maklum,” kata dia.

 

Orang-orang Singapura ke Batam, kata dia, ada yang suka jalan-jalan sendiri dan sewa mobil dengan program yang supel. “Beda memang kalau ikut tur yang terkesan harus ikut arahan dari biro perjalanan karena paketnya juga murah,” kata Boy.

 

Lantas, apa yang dirindukan orang Singapura ke Batam?

 

Selain mengisi waktu liburan berbelanja dan ke gerai pijit, orang Singapura pasti mencari makanan laut, makanan kering atau aneka jenis kerupuk dan lainnya. “Yang pastinya lebih murah di Batam,” kata dia

 

Sebagai pembanding, jasa pijit di Singapura 1 jam 50 S$. Harga ini terbilang murah. Bila ada yang dapat harga di bawah ini bisa dengan membeli voucer semacam fave yang kemudian bakal dihard sell untuk membeli paket perjam kurang dari 50-60 S$. Itu tergantung daerahnya. Sementara, biaya pijit di Batam selama dua jam, 20 S$ atau setara Rp200 ribuan.

 

Kemudian, makanan laut untuk dua orang bisa habis 100 S$. Tapi kalau di Batam sekitar 40-50 S$ saja. Sama halnya dengan biaya perawatan tubuh, seperti pedikur. “Harganya 2 banding 1. Rasanya juga lebih enak, seafood bisa pilih sendiri dan masih hidup-hidup,” kata Boy.

 

Selain itu yang disuka orang Singapura, katanya Batam aman. Dan pantang pula bagi orang Singapura bila dibohongi. Menurutnya, HPI sebagai perpanjangan tangan dari biro pelaku usaha di Batam banyak cerita yang disampaikan kepada wisatawan tentang Batam. “Yang kita sampaikan itu bukti nyata: infrastruktur jalan, dan beberapa tempat publik. Kalau mal, standnya banyak yang kosong dan tutup. Begitu juga hotel. Ini dampak selama pandemi,” kata dia.

 

Apek-Apek Singapura adalah Gadun Idaman Perempuan

 

Apek-apek Singapura itu setelannya necis. Mengenakan jaket jin biru, pakai dalaman kemeja kotak-kotak biru putih yang ujungnya masuk ke dalam. Dipadu celana panjang retro longgar warna coklat pudar, serta rambutnya yang sudah memutih ditutupi songkok hitam dan alas kaki pantofel. Pada pekan kedua Juni 2022 lalu, ia terlihat buru-buru masuk pintu keberangkatan pelabuhan Harbourbay di Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau.

 

Di tangannya tidak ada barang belanja yang dibawa. Cuma tongkat berkaki dan selembar paspor merah. Lehernya dikalungi rantai keemasan. Jalan sendirian, apek itu jadi pusat perhatian. Petugas di pelabuhan berusaha mendekati. “Yang bersangkutan [apek] hari itu mau balik ke Singapura,” kata petugas pelabuhan. Tidak ada yang salah dengan penumpang tadi. Ia menyapa Utopis, ngobrol basa-basi. Tak lama, si Apek melenggang santai. Lalu pergi, menuju feri yang sedang bersiap untuk berangkat.

 

Sebelum wabah menyerang, Batam jadi kota yang dikenang warga Singapura. Terlebih untuk ‘om-om’. Si gadun ini mendapatkan tempat hingga jadi rebutan. “Kalau di kota lain om-om yang sibuk cari cewek [piaraan]. Tapi di sini [Batam] gadis muda yang susah mendapatkan om-om,” kata Vina, yang banyak tahu soal kehidupan perempuan malam di Batam ini kepada Utopis beberapa waktu lalu. Menurutnya, gadis muda yang berkecimpung di dunia pergadunan ini selalu gerak cepat. Sebab, siapa yang lambat, pasti lewat. “Apalagi kalau lihat ada om-om yang potensial,” katanya.

 

Menurut dia, terkadang ada juga perempuan yang sekadar mencari teman untuk bersenang-senang di diskotek. Tujuannya apalagi kalau bukan agar ditraktir. “Banyak om-om dari Singapura, Malaysia dan negara lainnya yang kerja kapal. Om-om ini lebih senang dengan cewek Batam,” kata Vina.

 

Dia bilang, biaya kenakalan bersama perempuan di Batam lebih ‘murah’ dibanding di negara mereka, yang terlalu banyak syarat dan ketentuan. Kemudian, orang kapal pun senang berhenti di Batam, walau sekadar bersenang-senang. “Di negara mereka, rempong dan mahal. Maka cewek Batam jadi alternatif. Tak jarang mereka dijadikan simpanan om-om, setiap kali berlabuh,” kata dia.

 

Setahu Vina, lingkup dunia malam itu kecil. Kalau di Batam, tak sedikit pegiat hiburan malam itu yang saling kenal. “Tak heran jika masuk ke klub malam, besok akan ada orang yang kita kenal tahu. Kalau jadi yang begituan [piaraan], ya, siapkan mental,” kata Vina.

 

Bahkan, ada juga yang jadi simpanan, tajir sosialita. Setahu Vina, yang ada kenalan teman sosialita tak memungkiri di Batam, mereka dapat uang bulanan yang cukup banyak. “Kalau punya teman cantik, muda, tak punya kerjaan apa-apa, tapi lihat gaya hidupnya mewah. Nah, ini dia [simpanan],” katanya.

 

“Jadi dia [cewek] ini dapat bulanan dari om-om cukup banyak. Tujuannya agar mereka bisa masuk jajaran sosialita yang punya mobil dan barang mewah,” kata Vina lagi. Tapi, rata-rata yang jadi simpanan gadun ini, punya kekasih. “Tapi ada juga sebagian cowoknya nggak tahu kalau ceweknya jadi simpanan. Ada tuh! Teman aku,” kata gadis kelahiran tahun 2000-an ini kepada Utopis.

 

 

Harga Tiket Masih Mahal

 

Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Ansar Ahmad meminta operator kapal feri menurunkan harga tiket Batam-Singapura, menjadi Rp400 ribuan. Itu adalah harga normal sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia. Ia khawatir tingginya harga tiket akan memberatkan masyarakat maupun turis. Menurutnya, itu bisa menyebabkan berkurangnya minat turis yang akan berkunjung ke Batam atau Tanjungpinang.

 

Akan tetapi, operator baru menyanggupi turun di harga Rp700 ribu, dari yang sebelumnya Rp800 ribu untuk Pulang Pergi (PP). Meskipun hanya turun cepek, Gubernur Ansar masih fokus untuk tetap mengembalikan harga tiket kapal ferry Internasional ke harga lama, yaitu Rp 400 ribu. “Masyarakat ingin harga tiket feri di harga yang lama,” kata Ansar kepada wartawan.

 

Kata dia, alasan operator saat ini menaikkan tiket kapal dikarenakan kenaikan harga minyak. Terlebih bahan bakar untuk kapal feri tidak menggunakan BBM bersubsidi. Harga tiket feri Batam-Singapura sudah turun Rp 100 ribu. Manager Operasional PT Synergy Tharada, Nika Astaga berharap ada kenaikan jumlah penumpang di pelabuhan.

 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam Ardiwinata mengakui, masalah tiket menjadi kendala bagi wisatawan. “Pemko Batam sudah intens berkomunikasi langsung dengan operator kapal ferry,” katanya. Memang ada perhitungan tingginya harga minyak bahan bakar dan lainnya jadi akibat harga tiket naik.

 

“Kenaikan harga tiket ferry sangat berhubungan dengan angka kunjungan. Semakin banyak pergerakan kita yakin nanti biaya operasional kapal bisa tercover,” kata Ardiwinata.  Saat ini, pihaknya sudah mengamati langsung di mall-mall Batam sudah berseliweran wisman. Kenapa mereka ke Batam, karena rindu kuliner Indonesia.

 

“Dan ada perasaan takjub, setelah setahun dua tahun mereka tak ke Batam, mereka melihat Batam terus membangun. Macet sudah tak ada lagi, infrastruktur jalan yang sudah lebar menjadi suatu hal yang menarik bagi mereka,” katanya.

 

Disbudpar Batam optimis, kunjungan wisman tergantung kepada regulasi dan relaksasi yang dibuat pemerintah. “Pertama ada tourism lokal, travel bubble, tidak diberlakukannya PCR-Antigen -Karantina, serta asuransi. Jadi yakinlah target dari pemerintah akan tercapai,” katanya.

 

Polisi Ikut Menjamin Keamanan Turis

 

Kapolsek Kawasan Khusus Pelabuhan (KKP) Batam, AKP Yusriadi Yusuf, mengatakan, pengamanan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pelabuhan itu semata untuk memberikan rasa aman dan nyaman. Yusuf menyebut, sejak pelabuhan HarbourFront Singapura dibuka, setelah tutup dua tahun karena pandemi Covid-19, operasional empat pelabuhan Internasional di Batam mulai normal. “Terminal Ferry Internasional Batam Center, Harbourbay, Nongsapura, Teluk Senimba Marina,” katanya.

 

Untuk jadwal keberangkatan seperti di Harbourbay dulunya cuma 3 trip yaitu keberangkatan: pukul 08.00 WIB, pukul 11.30 WIB, pukul 15.00 WIB dan kedatangan: pukul 10.50 WIB, pukul 14.10 WIB, pukul 17.20 WIB, tetapi sekarang sudah 8 trip. Dengan jadwal keberangkatan: pukul 06.00 WIB, pukul 08.00 WIB, pukul 10.30 WIB, pukul 12.30 WIB, pukul 14.30 WIB, pukul 16.30 WIB, pukul 18.30 WIB dan pukul 20.30 WIB. Lalu untuk jadwal kedatangan: pukul 08.15 WIB, pukul 10.15 WIB, pukul 12.15 WIB, pukul 14.15 WIB, pukul 16.30 WIB, pukul 17.45 WIB, pukul 19.00 WIB, dan last ferry pukul 21.35 WIB.

 

Diakui Yusuf, sejak dibukanya pelabuhan HarbourFront Singapura kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Batam meningkat. Data Kamis 16 Juni 2022, total WNA (warga  negara asing) yang berangkat dari Terminal Ferry Internasional Batam Center tercatat 533 penumpang. Sedangkan WNA yang datang: 756 penumpang. “Untuk itu diharapkan kepada wisatawan ataupun pengunjung untuk tetap mematuhi protokol kesehatan,” kata Yusuf.  

 

 

 

Liputan Eksklusif

Utopis adalah media alternatif di Kota Batam, Kepulauan Riau. Etos kerja kami berasas independensi dan kecakapan berbahasa jurnalistik. Kami berani karena benar.

© Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman Utopis.