Para penari di Kenduri Seni Melayu. Foto: Fathur Rohim.

Kenduri Seni Melayu yang Belum Sempurna

Secara kultural, Kota Batam mengalami transisi pesat sejak dikembangkan oleh Otorita Batam (kini BP Batam). Yang semula kehidupan cenderung di pesisir, kini kian memadat di daratan. Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan dan akulturasi kemudian terjadi. Gelaran Kenduri Seni Melayu pun akhirnya diharapakan menjadi wadah menghidupi kesenian Melayu untuk dikenal warga Batam yang beragam.
Share on facebook
Share on twitter
Share on email
Share on whatsapp
Share on telegram

 

Mulanya digelar pada tahun 1999, Kenduri Seni Melayu (KSM) seharusnya telah matang pada pagelarannya di tahun 2022. Kiwari ini tergelar di Harbour Bay Batu Ampar, pada tanggal 21-23 Juli 2022. Adalah pertunjukan segala macam jenis seni dan kebudayaan Melayu ini, yang disebut-sebut pula sebagai ‘panggung besar’ budaya. Akan tetapi, benarkah demikian?

 

Secara kultural, Kota Batam mengalami transisi pesat sejak dikembangkan oleh Otorita Batam (kini BP Batam). Yang semula kehidupan cenderung di pesisir, kini kian memadat di daratan. Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan dan akulturasi kemudian terjadi. Gelaran Kenduri Seni Melayu pun, akhirnya diharapakan menjadi wadah menghidupi kesenian Melayu untuk dikenal warga Batam yang kini beragam.

 

Kris Kamila, penampil asal Brunei Darussalam, mengatakan, dirinya terkesan dengan gelaran KSM yang telah berkali-kali digelar oleh Pemerintah Kota Batam. Sebagai pelancong juga tamu undangan, gelaran KSM jadi salah satu alasannya ingin terus bertandang ke Batam.

 

“Semoga gelaran dan undangan untuk kami tetap ada di masa yang akan datang. Selaku tamu dari Brunei, kami membawakan lagu yang merupakan lagu ciptaan saya sendiri yang berkisah tentang inspirasi dan kenegaraan,” katanya kepada utopis usai acara.

 

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dsiparbud) Kota Batam, Ardi Winata, mengatakan, pada gelaran sebelumnya, KSM turut diikuti oleh partisipan dari Rusia, Filipina, dan Thailand. Namun, KSM 2022 ini hanya diikuti oleh Malaysia dan Brunei Darussalam saja.

 

Kemudian, kata dia, untuk partisipan dari luar Kepulauan Riau datang dari Provinsi Riau dan Sumatera Utara. Lalu yang terakhir dari seluruh sanggar tari yang ada di Kepulauan Riau. “Mudah-mudahan gelaran ini jadi tonggak sejarah kembali gelaran KSM meski Covid-19 masih ada, walau memang penyebarannya sudah melandai,” katanya.

 

Dia berharap partisipan serta pengunjung bisa kian bertambah seperti KSM sebelumnya. Ardi mengatakan, KSM tidak pernah absen meskipun saat puncak pandemi Covid-19 lalu. Pada masa itu pihak penyelenggara berinovasi lewat skema hybrid.  “Ada 110 event nusantara dari Sabang sampai Merauke kemudian dikurasi oleh

 

Kemenparekraf dan beberapa kurator serta pakar. Lalu kemudian KSM juga Festival Kuliner di Tanjung Pinang masuk ke dalam Karisma Event Nusantara. Manfaatnya, event ini kemudian terpromosikan secara luas dan baik,” kata dia.

 

Ardi menyebut, KSM merupakan event yang dijadikan sebagai salah satu upaya menjaga budaya melayu. Menurutnya, jika berbicara budaya, hal yang harus dipertanyakan adalah apakah budaya itu sudah lestari, dan apakah budaya itu sudah maju. “Alhamdulillah Kota Batam juga sudah punya Perda Nomor 1 tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu. Jadi, kalau kita sudah bisa mengidentifikasi, ke depannya KSM ini wajib mempertontonkan, menggelar, dan mengkaji 12 objek pemajuan objek kebudayaan. Itu dia esensi gelaran KSM ini,” kata dia.

 

Ardi mengatakan memang pada gelaran KSM tahun ini pihaknya belum bisa menampilkan semua objek kebudayaan yang termaktub dalam Perda. Namun, dia berharap pada gelaran selanjutnya akan ada kemajuan dari berbagai aspek. Sebab, Batam sudah memiliki literasi atau acuan sehingga hanya perlu mengaplikasikannya.

 

Meski begitu, Ardi tidak serta merta bisa menghitung mengenai dampak kunjungan wisman secara kalkulasi. Karena perhitungannya tetap ada di Badan Pusat Statistik (BPS), itupun dihitung selama satu bulan, lalu diolah lagi sebulan baru kemudian dirilis datanya.

 

“Kalau kami lihat tren kunjungan wisman ke Batam, luar biasa sudah lebih baik. Pada Mei lalu itu hanya 990-an orang saja. Tapi pada Juni angkanya sudah di 8 ribu, memang kalau dihitung sebenarnya itu kunjungan rata-rata wisman ke Batam. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisman ke Batam angkanya mencapai 150 ribu orang per bulan. Tapi kalau untuk kunjungan wisatawan domestik, belum ada indikatornya,” kata Ardi.

 

 

 

Liputan Eksklusif

Jurnalisme Telaten

Utopis adalah media siber di Kota Batam, Kepulauan Riau. Etos kerja kami berasas independensi dan kecakapan berbahasa jurnalistik.

© 2022 Utopis.id – Dilarang mengutip dan menyadur teks serta memakai foto dari laman Utopis.